Karya sketsa tersebut lahir atas kolaborasi seniman sastra dan seniman seni rupa. Kala itu sastrawan Merangin Daryanto atau yang biasa disapa Kang Yanto Bulle membacakan puisi bertema perjuangan sementara rekannya seniman seni rupa Topan Bohemian berekspresi melalui media dua dimensi dengan membuat sketsa.
Dalam visual sketsa itu digambarkan figur manusia dengan raut wajah tersenyum sambil tiduran diatas lidah yang dilengkapi dengan pegas. Figur itu berada dalam rongga mulut yang besar.
Menariknya, setelah karya sketsa selesai dilahirkan oleh Topan, rekannya Yanto Bulle langsung membawa karya tersebut dan diserahkan ke Plt Gubernur Jambi, Fachrori. Saat proses penyerahan tiba-tiba Topan meminta microfon dari MC dengan maksud memberitahukan judul karya tersebut dengan judul ‘Dibuai Janji’.
Topan beberapa saat setelah penampilan kepada media ini mengatakan awalnya tidak tahu bila karya tersebut akan diserahkan ke plt Gubernur Jambi. Dia mengira tugasnya hanya sebatas melahirkan karya dan bila telah selesai karya akan dibawa kembali pulang.
‘’Saya cukup kaget ketika rekan saya meminta karya tersebut untuk diberikan ke pejabat. Apalagi ternyata pejabatnya Plt Gubernur Jambi,” Kata Topan.
Dijelaskan Topan karya sketsa yang dilahirkannya itu bersifat umum menggambarkan seseorang ketika dibuai janji-janji oleh orang lain. Lidah dimaknai sebagai ucapan yang mengarahkan kata-kata. Warna hitam diantara lidah dan bibir dimaksudkan sebagai tarikan dan helaan nafas, pegas yang menopang lidah dimaknai sebagai sesuatu yang labil, rongga mulut yang besar dimaksudkan sebagai lingkaran batasan ketika seseorang dijanjikan sesuatu, sementara figur manusia yang tidur-tiduran dimaknai sebagai seseorang yang dijanjikan mudah terlena hingga akhirnya tidak berbuat apa-apa kecuali menunggu realisasi janji yang diungkapkan.
‘’Karya itu bersifat umum, bukan dituju pada seseorang,” singkat Topan.
Meskipun awalnya merasa terkejut karyanya diberikan kepada pejabat, Topan juga mengaku bangga dengan peristiwa itu. Diharapkan Topan karyanya itu bisa dijaga dan dirawat dengan baik serta masyarakat yang melihatnya bisa menafsirkan sendiri makna yang tertuang dalam tiap goresan sketsa.
‘’Ya saya harap karya sketsa itu bisa dirawat. Bila perlu dipajang. Siapa tahu ada orang-orang yang tersentil dengan karya itu. Salah satu tujuan karya itu saya harapkan bisa memberikan pendidikan tersendiri bagi masyarakat yang menikmatinya,” tutup Topan. (redaksi)