|
H. Salam. Foto : fb
|
Menduduki jabatan sebagai Anggota DPRD Provinsi Jambi tidak lantas membuat H. Salam Hd, S.Hi lupa daratan. Meskipun sebagai wakil rakyat dirinya menanggalkan strata dan tak canggung berbaur di masyarakat serta tetap teguh dalam pembawaannya yang bersahaja.
Kami diberi kehormatan bertandang ke kediaman Salam. Silaturahmi sekaligus melihat aktivitas keseharian beliau disela ketatnya jadwal Anggota DPRD Provinsi Jambi.
Topan Bohemian-Merangin
Mengendarai Katana hitam pudar (sebuah mobil kesayangan yang memiliki sejarah tersendiri bagi pemiliknya). Kami, Dede Riskadinata (Pimpinan Umum FIJ), Fauzan Budi Saroko (Penasehat Hukum FIJ) dan saya Topan Bohemian (Pimpinan Redaksi FIJ) meluncur ke Kecamatan Pamenang. Tujuan kami adalah menemui salah seorang putra Merangin yang telah berkontribusi untuk kemajuan Merangin dengan caranya sendiri.
Beliau adalah H. Salam HD, S.Hi. seorang tokoh yang cukup dikenal luas di Merangin dan Provinsi Jambi karena saat ini Salam (Panggilan Akrabnya) menjabat sebagai salah seorang Anggota DPRD Provinsi Jambi.
Setiba di Pasar Pamenang, kami masih harus memacu lagi kendaraan beberapa kilometer hingga tiba di tempat tujuan yaitu sebuah taman wisata yang luasnya lebih dari 15 hektar, salah satu aset Salam di Pamenang untuk tujuan wisata.
Ketika turun dari kendaraan, senyum ramah kami terima dari Salam dan beberapa orang rekannya. Dibalut kostum bersahajanya, Salam menggiring kami ke salah satu pendopo di pinggir kolam. Suasananya sejuk, pemandangannya indah dan asri. Disana kami berbincang-bincang.
‘’Tempat ini saya namakan Taman Datuk Suginde Sungai Lintang, asalnya nama Nenek moyang warga Pamenang,” ungkap Salam membuka percakapan kala kami tertegun dengan keasrian taman wisata itu.
Meskipun tidak secara detil menjelaskan sejarah Datuk Suginde Sungai Lintang itu. Namun dari situ terlihat jelas kecintaan Salam kepada daerahnya yang kental.
Salam merupakan anak ke 4 dari 6 saudara dilahirkan dari keluarga sederhana. Pria kelahiran Pamenang, 07 Agustus 1972 yang itu memiliki satu orang istri bernama Siti Jamilah dan dikaruniai tiga orang anak, dua putri dan satu putra.
Anak pertama bernama Monasari yang saat ini tengah kuliah di Bogor, Anak ke dua Atika Saputri yang tengah menimba ilmu di Pesantren dan anak ke tiga bernama Reza Pahlevi yang merupakan satu-satunya putra dan saat ini baru menduduki bangku Sekolah Dasar (SD).
Sebagai kepala rumah tangga atau imam bagi keluarganya, Salam mengibaratkan biduk rumah tangga bak bahtera yang berlayar di tengah lautan. Lautan tentu tak selamanya tenang dan nyaman, kadang kala harus menghadapi badai, ombak, angin kencang, atau cuaca yang tidak bersahabat.
‘’Itulah mengapa dalam Islam suami dinobatkan sebagai kepala rumah tangga atau pemimpin (imam) bagi keluarganya,” kata Salam.
Ditambahkan Salam, ‘’Bahkan tanggung jawab seorang imam keluarga tidak saja terbatas di dunia semata, tetapi berlanjut hingga ke akhirat. Di sini para suami atau ayah sangat penting mengetahui bagaimana menjadi imam yang baik bagi keluarganya,” tutur Salam.
Kami bertiga tertegun, mendengar perkataan Salam yang lurus berlandaskan agama. Dari pembicaraan itu saya menarik kesimpulan betapa Salam sangat mencintai keluarganya karena tanggung jawab yang dipikulnya bukan saja pada dunia tapi juga akhirat. Kedewasaan dan kewibawaan Salam tercermin seketika itu. Tidak lagi terukur dari penampilan fisik semata.
Beberapa saat suasana hening. Seorang karyawan Salam membawa tiga cangkir kopi untuk menemani kami, sementara Salam disuguhkan secangkir teh. Perbincangan mulai mengarah pada awal mulanya Salam memulai karir hingga sukses seperti saat ini.
Salam mengaku memulai usaha di bidang perkebunan dan pertanian. Menurutnya bidang itulah yang berpotensi besar meraih kesukesan. Maka tak heran jika putri pertamanya yang bernama Monasari diarahkan menempuh pendidikan Tekhnologi Industri Pertanian di Institut Pertanian Bogor (IPB).
‘’Putri pertama saya saat ini tengah menimba ilmu teknologi industri pertanian di IPB. Karena potensi pertanian dan perkebunan di Merangin cukup menjanjikan dan harus dikelola orang yang profesional, sekarang Mona baru semester dua. Nanti jika lulus akan saya arahkan dia membangun Merangin dalam bidang pertanian dan perkebunan,” ungkapnya semangat.
Saking cintanya dengan kebun, Salam mengaku kesehariannya banyak dihabiskan di kebun. Soalnya jiwa telah menyatu dengan kebun. Dalam suasana yang tenang itu segala persoalan bisa teratasi dengan damai.
Meski tergolong sukses, rupanya Salam juga pernah mengalami kehidupan yang sulit. Dia menceritakan saat bangunan toko nya mengalami kebakaran. Saat itu, dikatakan Salam merupakan pukulan tersendiri buatnya. Namun karena keyakinan yang tinggi atas ujian itu dirinya beserta keluarga bisa bertahan.
‘’Keyakinan saya setiap ada persoalan itu mengadu kepada Allah,” Ungkap Pengusaha yang saat ini memiliki 30 lebih karyawan itu.
Perbincangan kian seru. Apalagi saat menyentuh dunia politik. Salam menjelaskan awal mula dirinya tertarik terjun ke dunia politik karena terobsesi Mantan Bupati Merangin, Rotani Yutaka pada 2013 lalu. Dari situlah ambisi memberikan kontribusi dan perjuangan pembangunan Merangin dimulai.
‘’Datuk Rotani Yutaka adalah motivator saya dalam dunia politik,” ungkapnya.
Perjalanan karir politik Salam tidaklah semulus yang dibayangkan. Sebagai pendatang baru saat itu dibawah bendera Partai Hanura Salam harus gencar bersosialisasi dan merealisasikannya hingga dirinya terpilih menjadi anggota DPRD Merangin. Dan saat ini menjabat sebagai wakil rakyat di DPRD Provinsi Jambi.
‘’Banyak tantangan dalam pemilihan legislatif saat itu. Namun alhamdulillah masyarakat mempercayakan saya sebagai wakil rakyat yang saat ini di posisi DPRD Provinsi Jambi,” katanya.
Meskipun bertugas di Jambi bukan berarti Salam tidak memperhatikan Merangin. Salam mengatakan dirinya tetap memantau perkembangan Merangin melalui dukungan program positif yang bersifat membangun.
‘’Setiap kebijakan positif yang diprogramkan akan tetap kita dukung penuh. Bukan untuk pejabatnya tapi lebih kepada kemakmuran, kenyamanan, peningkatan ekonomi masyarakat Merangin itu sendiri,” terang Salam.
Dengan prinsip hidup “bermanfaat bagi orang lain”, Salam merealisasikannya dengan menyisihkan sebagian hartanya untuk 700 fakir miskin tiap bulannya. ‘’Insya Allah membagikan sebagian harta kepada 700 fakir miskin itu akan tetap kami laksanakan tiap bulannya,” janji Salam.
Cahaya matahari yang membayang di kolam mulai memudar, kami semakin asyik berbincang. Bukan saja kami yang mengajukan pertanyaan, sesekali juga Salam pun mengajukan pertanyaan ringan kepada kami. Momen itu sangat berarti. Silaturahmi mengakar dan menumbuhkan nilai-nilai kekeluargaan tanpa memandang hubungan tali darah.
Soal makanan favorit. Salam agak berbeda dengan kebanyakan orang yang mengkomposisikan tempoyak dengan ikan. Namun Salam lebih suka jika tempoyak dicampur dengan ayam kampung.
‘’Agak berbeda sih, tapi begitulah. Istri saya pandai memasaknya. Kapan-kapan kalian bisa datang kerumah dan mencobanya,” kata Salam, kami pun gembira.
Perbincangan itu berakhir penuh keakraban. Bahkan Salam tidak segan mengantarkan kami ke kendaraan ketika kami berpamitan pulang. (*)