Gadis Menenteng-nenteng infus yang tidak lagi berfungsi |
- Infus non fungsi, Jarum masih menusuk
- Perawat : Bayar dulu baru infus dibuka
- Berman Saragih : Itu peristiwa biasa.
Kemungkinan untuk menegakkan
sistim managemen keuangan yang kuat pihak RSD Kol Abunjani Bangko benar-benar
menerapkannya kepada para pasien.
Hal
itu dialami Gadis (51), karena belum membayar tagihan dirinya terpaksa
menenteng infus selama 2,5 jam. Ironisnya infus itu tidak berfungsi lagi alias infus
telah dimatikan. Dan perlu dicatat, Gadis bukanlah dari golongan orang tidak
mampu, keterlambatan membayar tagihan juga dikarenakan keterlambatan pemberian
struk tagihan oleh pihak RSD itu sendiri.
Kejadiannya
bermula saat Gadis menggunakan jasa tukang ojek untuk transportasinya pada
kamis, 8 September 2016. Ditengah perjalanan sepeda motor ojek yang
ditumpanginya ditabrak dari belakang. Panik, masyarakat yang berada di tempat
kejadian langsung membawa korban ke RSD Abundjani.
Demi
kenyamanan dan kesehatan Gadis, pihak keluarga menyarankan agar Gadis di
inapkan di RS. Tentu saja sebelumnya telah dilaksanakan rontgen di Rumah Sakit Swasta yang ada di Merangin karena alat rontgen di RSD Abundjani rusak tersambar
petir. Untuk melakukan itu Gadis terpaksa bolak balik.
Mira,
putri Gadis mengatakan dalam satu malam inap hanya sekali perawat datang cek
kondisi seraya menukar infus. Setelah itu pada pagi harinya perawat datang
kembali bersama dengan dokter.
‘’Setahu
saya hanya satu kali perawat datang ke ruang ibu saya. Itupun sebatas ganti
infus,” kata Mira.
Setelah
diperiksa oleh Dokter, saat itu pula Gadis diperbolehkan pulang dan saat itu
juga infus di nonaktifkan oleh perawat, namun hanya dimatikan kerannya saja,
jarum belum dicabut. Ketika Mira dan keluarga lainnya bertanya perawat bilang pencabutan infus harus menunggu
pelunasan biaya administrasi.
Yang
mira sayangkan, kenapa tidak langsung dicabut jarum infus tersebut. jadi selama
menunggu proses keluarnya tagihan pembayaran dan menyediakan uang pembayaran
Gadis harus menenteng nenteng botol infus yang sudah tidak diperlukan lagi.
Sementara
itu keluarga yang lain mengomentari perlakuan tersebut tidak wajar karena yang
menjadi jaminan adalah pasien .
‘’Memangnya
kami mau lari dari sini, tidak lah. Ini tidak wajar, karena pasien dijadikan
jaminan. Bagaimanan jka nanti timbul reaksi alergi, emboli udara, infeksi,
edema paru-paru pada pasien. Kan jadi gawat lagi tu..” ungkap keluarga Gadis itu
seraya memperlihatkan artikel di google soal keterlambatan membuka infus.
Sementara
itu Direktur RSD Abundjani, Birman Saragih merespon enteng soal peristiwa
tersebut. Menurunya hal itu biasa dilakukan pihaknya kepada para pasien yang
belum melunasi tagihan.
‘’Itu
biasa dilakukan. Tapi bukan perintah saya loh,” kata Birman Saragih via telpon
pribadinya.(dea)