Judul : Tragedi Gigi
Palsu
Karya : Topan
Bohemian
Siang
itu suasana kantin sekolah seketika riuh. Terdengar gerai gelak tawa dari
dalamnya, sesaat kemudian melesat keluar gadis seragam putih abu-abu. Menangis.
Satu
hari sebelumnya
Namanya
Giva, gadis manis dan cerdas berperawakan keibuan. Saat ini Giva duduk dibangku
kelas XI salah satu SMA di Merangin. Diantara teman-temannya Giva termasuk
Siswi yang menonjol, baik dari intelektual maupun tampilan fisik. Jadi Giva
merupakan salah satu incaran favorit bagi siswa yang lainnya untuk dijadikan gebetan.
Salah
seorang siswa yang kesemsem Giva
bernama Tori. Tori ini juga tak kalah tenar dari Giva, Tori berperawakan macho itu terkenal sebagai cowok yang
jago basket, juga memiliki kewibawaan diantara teman-teman lainnya. Tak heran
jika tidak sedikit cewek-cewek yang bermimpi bisa berdekatan dengan Tori.
Begitupun teman-teman cowok, mereka bangga bisa berteman dengan Tori.
Keinginan
Tori mendekati Giva telah menjadi rahasia umum disekolah itu. Berbagai
kesempatan dimanfaatkan Tori untuk bisa berdekatan dengan Giva. Hingga akhirnya
sejoli itu benar-benar dekat dan jadian.
Sejak
Giva dan Tori jadian, sejak itu pula isu tak sedap muncul. Entah siapa yang
memulainya, isu yang benar-benar membuat berang orang yang dimaksud. Isu yang menyatakan
bahwa gigi Giva palsu.
‘’Eh,
apa benar gigi Giva palsu? Bagian yang mana?” Tanya Rinda, salah seorang siswi
kepada teman-temannya saat kumpul bareng dipojokan kelas.
‘’Kabarnya
sih begitu, tapi aku ga’ pernah lihat langsung,” jawab Bita.
‘’Eh,
tapi kalo kita perhatiin, warna gigi depan Giva kayak nggak rata ya,
jangan-jangan bagian depannya itu loh,” timpal Lenja.
‘’iiihhh,
kebayang ga’ sih, wajah Giva yang manis keibuan gitu pas ngomong kelihatan gigi
depannya ompong,” kata Bita, ketiga gadis itu tertawa.
Isu
gigi palsu Giva sampai juga ke telinga Tori, pria ganteng itu tentu saja tidak
mudah percaya. Bahkan Tori sempat emosi kepada dua temannya, Putra dan Kodi.
‘’Apaan
sih kalian berdua ini, ngomongin pacar ku seperti itu,” kata Tori emosi.
‘’Ini
benar Tor, sudah jadi pembicaraan siswa satu sekolah, bahkan guru juga sudah
pada tahu,” jawab Putra.
‘’Iya
Tor, sebenarnya ini bukan masalah serius, hanya jaga-jaga saja. Kebayang ga’
pas kamu lagi makan dengannya trus gigi
palsunya copot,” kata Kodi sambil menahan tawa. Tori pergi meninggalkan Putra
dan Kodi.
Malamnya,
peristiwa itu membuat Tori tidak bisa memejamkan mata dengan mudah. Perkataan
Putra dan Kodi terngiang-ngiang ditelinga. Tori membayangkan jika benar-benar
gigi Giva palsu. Tentu dia akan menjadi bahan olok-olokan seluruh penghuni
sekolah itu.
Sesekali
dia tertawa kecil, marah. Lalu merebahkan posisi tubuh ke kanan seraya berusaha
terus memejamkan mata.
‘’Apa
benar itu ya, ih, amit-amit kalau memang benar,” batin Tori.
Keesokan
harinya, seperti biasa Tori mengajak Giva makan di kantin belakang sekolah. Namun
kali ini gelagat Tori sedikit berbeda dari biasanya. Sesekali Tori
memperhatikan barisan gigi Giva. Barisan gigi yang diisukan adalah palsu itu.
Di
bangku yang lain tampak Putra, Kodi, Rinda, Bita dan Lenja menikmati makanan
yang mereka pesan. Juga sejumlah siswa yang lain ada di kantin itu.
‘’Kamu
kenapa, kok kaku,” tanya Giva ke Tori.
‘’Ah
nggak, biasa aja kali. Eh aku pesanin kamu bakso pakek daging cincang ya, kamu
pasti suka,” jawab Tori sekaligus memesan makanan kepada Ibu Kantin.
‘’Ah
jangan daging cincang lah, aku kurang suka, nanti bodi ku tambah endut,” Giva
menolak.
Tolakan
itu membuat Tori tambah penasaran.
‘’Ga
apa lagi, makan deh baksonya. Aku suka kok cewek yang endut,” canda Tori.
‘’Nggak
Tori, kalo makan ini takutnya gigi ku sakit,” mohon Giva.
‘’Ah
masak iya, perasaan gigi kamu baik-baik saja,” selidik Tori, semakin penasaran.
‘’Ayolah,
katanya kamu cinta aku. Ayo kita makan sama-sama,” kata Tori seraya menyuapi
sebongkah daging cincang ke mulut Giva.
Mulanya
Giva geleng kepala, namun karena terus didesak akhirnya dia memakan daging
cincang tersebut. Namun tidak dikunyah tapi langsung ditelan.
Tori
membatin. ‘’Kok tidak dikunyahnya,” gumam Tori.
Suasana
kantin masih ramai, aktifitas jual beli berlangsung seperti biasanya. Tori
masih mengatur siasat dengan memesan makanan-makanan yang kenyal untuk mereka
habiskan.
‘’Bu,
pesan peempek lima ya,” teriak Tori kepada ibu kantin.
Giva
yang mendengar itu kebingungan. ‘’Kamu sanggup makan peempek buatan bu kantin.
Kan terkenal keras,” kata Giva kepada Tori.
‘’Ah
ga apa, kita habisin berdua ya. Hari ini aku pengen kita makan sepuasnya. Soalnya
aku lagi banyak duit ni,” kata Tori.
‘’Lagi
banyak duit Tor, traktirin kita dong,” celetuk Kodi. Tori dan Giva saling
pandang. ‘’Ayo gabung sini,” ajak Tori.
Tori,
Giva, Kodi, Putra, Rinda, Lenja dan Bita duduk satu meja. Mereka memesan banyak
makanan, khususnya makanan yang kenyal dan keras. Namun gigi Giva masih tahan,
tidak lepas. Tori membatin, ternyata isu gigi Giva palsu itu tidak benar. Tori
bahagia, mereka bercengkrama ngobrol segala sesuatu bahkan hal yang tidak
penting pun menjadi bahan pembicaraan.
Masih
dalam tawa canda para remaja itu, Tori memandang Giva yang manis. Dia bangga
memiliki pacar seperti Giva, periang, cerdas, dan pandai bela diri. Giva juga
tercatat sebagai atlet karate disekolah itu. Pernah mewakili sekolahnya di
tingkat kabupaten.
Putra
dan Kodi masih dalam candaanya, mereka itu dua pria yang pandai berolah kata.
Hampir semua rangkaian kata yang dikeluarkan mereka bisa membuat orang tertawa.
Tak
berapa lama Ibu kantin datang menghampiri membawa satu sisir pisang. ‘’Ini
gratis buat kalian, karena telah membeli banyak makanan disini,” kata Ibu
Kantin disambut tawa riang Tori dan teman-temannya, Giva juga gembira.
Mereka
makan pisang berebutan, suasana akrab penuh nilai kekeluargaan tercipta. Hingga
Giva mengambil gelas berisi es teh dan meminumnya. Ketika gelas diletakkan
diatas meja, Tori melihat sesuatu benda didalam gelas itu. Benda yang belum
diketahui pasti apa namanya. Sesaat kemudian semua terdiam. Kaku.
Tori,
Kodi, Putra, Rinda, Lenja, Bita dan Ibu Kantin tak bersuara, memandang Giva
yang langsung menutup mulutnya dengan kedua jemari tangannya. Lalu berdiri. Suasana
menjadi sunyi.
Tak
berapa lama, Tori mengatup bibirnya, pipi menggembung, mengercingkan mata, desakan
suara tak tertahan. Tori tertawa lepas sekeras-kerasnya. Diikuti Kodi, Putra,
Rinda, Lenja, Bita dan Ibu Kantin. Mereka tertawa melihat gigi Giva yang copot.
Mungkin karena makan pisang tak sengaja gigi itu lepas dan jatuh ke dalam gelas
teh manis yang diminumnya.
‘’Hahahaha...
ternyata benar gigi pacarku yang manis ini palsu,” kata Tori, diikuti tawa
teman-teman lainnya bahkan ibu kantin juga tak bisa menahan tawa.
Giva
menahan tangis, dia berlari meninggalkan kantin. Keluar dengan ledakan tangis
dan air mata. Sementara didalam kantin masih terdengar sayup-sayup derai tawa
canda.
Giva
bersandar di pagar. Menatap ke langit, menggeretakkan rahangnya. Giva kembali
ke kantin, disana masih duduk Tori, Kodi, Putra, Rinda, Lenja, Bita dan Ibu
Kantin. ‘’Kembalikan gigi ku,” pinta Giva.
Tori,
Kodi, Putra, Rinda, Lenja, Bita dan Ibu Kantin kembali tertawa tak kala melihat
gigi Giva yang ompong saat bicara.
‘’Ini
giginya sayang,” kata Tori sambil memberikan segelas teh manis yang didalamnya
ada gigi Giva.
Pandangan
Giva memudar, orang-orang yang ada disekitarnya membayang dua. Suara-suara tawa
menyakitkan itu terus berulang-ulang terdengar. Merobek-robek harga diri,
menghina, melahirkan tenaga ekstra, membuahkan balas dendam.
Ketika
Giva menerima gelas pemberian Tori, secara reflek Giva melempar gelas itu ke
wajah Tori, tepat mengenai gigi Tori. Pantulan gelas meluncur ke wajah Putra,
hebatnya juga tepat mengenai gigi Putra.
Segera
Kodi berdiri dengan maksud memegang tangan Giva agar tidak menyerang kembali,
saat berdiri itu Kodi terpeleset menimpa tubuh Bita, Bita yang kala itu
memegang piring bekas pecal, tumbang. Sementara piring bekas pecal itu melayang
mengenai wajah Lenja.
Rinda
yang duduk rapi di sebelah kanan Giva langsung berdiri. Dengan liarnya Giva
langsung mengeluarkan jurus karatenya, gigi Rinda terkena siku Giva.
Ibu
Kantin ketakutan. Dia berniat lari meninggalkan kantin hendak melaporkan
kejadian itu kepada keamanan sekolah. Ketika telah berhasil keluar pintu,
kepala Ibu kantin tepatnya gigi ibu kantin terantuk daun jendela, Ibu kantin
roboh.
Tori,
Kodi, Putra, Rinda, Lenja, Bita dan Ibu Kantin mengerang kesakitan. Tak berapa
lama Tori, Kodi, Putra, Rinda, Lenja, Bita dan Ibu secara bersama-sama
berteriak. ‘’Gigi kami patah...,” teriak mereka.
Giva
berdiri didepan Tori yang masih tersungkur. Tersenyum kecil. ‘’Tori, Aku cinta kamu,
tapi harga diriku lebih berarti,” Kata Giva. Dia berpaling keluar kantin. Sejenak
berhenti. ‘’Kalau kalian butuh gigi palsu, hubungi aku,” Kata Giva. Lantas
pergi.
Tiga
hari setelah kejadian itu, Tori, Kodi, Putra, Rinda, Lenja, Bita dan Ibu Kantin
berkumpul. Tak berapa lama, Giva tiba dan bergabung. Suasana kantin seperti
biasanya. Yang berbeda adalah mereka sekarang telah memakai gigi palsu. Tapi
hanya sedikit orang yang tahu rahasia itu. (*)
*cerita
ini hanya fiktif belaka, apabila ada kesamaan nama tokoh , tempat, waktu, dan
peristiwa, hanyalah kebetulan belaka.