Merangin | fokusinfo.com : Nasib pilu dialami oleh Jasiman warga Desa Sungai Putih Kecamatan Bangko Barat. Betapa tidak, putri kesayangannya harus dikeluarkan dari SMPN 13 Merangin atas tudingan memukul guru. Padahal menurut Jasiman atas keterangan putrinya VTR dan sejumlah siswa yang menyaksikan peristiwa, tidak pernah terjadi pemukulan melainkan terpukul.
‘’Saya kaget mendapatkan surat dari pihak sekolah yang meminta kesediaan saya untuk datang ke sekolah. Setiba di sekolah saya dikelilingi oleh para guru, saat itu saya merasa dipersekusi. Tidak ada kesempatan saya untuk membela diri atas dugaan perlakuan anak saya. Akhirnya saya pasrah anak saya dikeluarkan dari sekolah,” kata Jasiman.
Jasiman klaim putrinya adalah siswa yang baik dan tidak pernah melakukan tindakan negatif . Bahkan saat peristiwa itu putrinya menjabat sebagai ketua Osis.
‘’Putri saya cukup berprestasi, tidak pernah melakukan tindakan buruk selama ini. Bahkan dia dipercaya menjabat sebagai ketua Osis. Saat peristiwa saya rasa itu tindakan yang tanpa disengaja,” bela Jasiman.
‘’Tapi para guru langsung justifikasi dan mengeluarkan anak saya dari sekolah. Memang kala itu ada seorang guru yang bijaksana ‘membela’, tapi kalah jumlah dengan guru guru lainnya,” ungkap Jasiman.
Meskipun berprofesi sebagai seorang petani, Jasiman meminta adanya keadilan atas peristiwa ini. Menurutnya bila keadilan ditegakkan maka nama baik keluarganya akan pulih kembali.
‘’Ini bukan perkara sepele. Kami bisa terima anak kami dikeluarkan dari sekolah tapi tidak dengan alasan karena putri kami memukul guru. Itu aib bagi keluarga dan harus segera diluruskan,” tambah Jasiman.
Kepala SMPN 13 Merangin, Hairul dikonfirmasi membenarkan telah terjadi peristiwa berujung tindakan yang diambil oleh pihak sekolah terhadap VTR.
‘’Itukan sebenarnya bukan dikeluarkan, tapi disuruh pindah ke sekolah lain. Kami ini juga punya peraturan internal sekolah yang harus dipatuhi dengan tingkat pelanggaran ringan sedang dan berat. Nah kebetulan VTR itu telah melakukan pelanggaran berat, dia meninju guru perempuan akibatnya pipi guru itu bengkak,” cerita Hairul.
Hairul menambahkan, saat peristiwa dirinya tidak berada di tempat sehingga yang mengambil keputusan adalah para guru di sekolah tersebut. Meski demikian sebagai pimpinan Sekolah Standar Nasional itu dirinya siap bertanggung jawab apabila kasus tersebut berlanjut ke ranah hukum.
‘’Bila kasus ini terus berlanjut maka kami semua siap dipindahkan ataupun dipecat,” tegas Hairul. (*)
Reporter : DedeRiskadinata
Redaktur
: TopanBohemian