Sarolangun | fokusinfo.com : Mendapatkan pelayanan mutu pendidikan yang berkualitas sepertinya akan sulit didapatkan oleh para siswa SDN 197 Kampung Tujuh dan SMPN Negeri Satu Atap 16 Sarolangun. Sekolah yang terletak di Desa Sekamis Kecamatan Cermin Nan Gedang Kab Sarolangun itu terpantau tidak ada kegiatan belajar mengajar (KBM) sama sekali pada Sabtu 15 Januari 2022.
Pantauan media ini, tampak para siswa silih berganti memasuki dan keluar dari pekarangan sekolah padahal kala itu jam masih menunjukkan pukul 09.00 wib. ironisnya tidak terlihat seorang guru pun di sekolah tersebut.
‘’Hari ini tidak belajar om, guru tidak masuk. Maka kami pulang saja,” kata seorang siswa kepada media ini seraya menarik gas sepeda motornya.
Diwaktu terpisah, salah seorang guru berhasil dimintai keterangannya membenarkan kondisi tersebut. Namun dia juga menyampaikan sebab kenapa hal itu bisa terjadi.
Guru itu bernama Asep yang masih berstatus tenaga honorer di sekolah tersebut. Menurut Asep pada sabtu itu telah diamanatkan kepada seorang guru untuk menghendel karena guru lainnya tidak bisa masuk sekolah.
‘’Kebetulan saat itu Kepala Sekolah ada keperluan pulang ke dusunnya. Dan kebetulan pula di desa ini juga ada acara sehingga sebagian guru menghadiri guna membantu acara tersebut. Sementara para guru yang lain ada pula keperluan lain, bahkan ada juga guru yang baru melahirkan,” kata Asep.
‘’Sebenarnya hari sabtu itu biasanya juga tidak ada kegiatan belajar mengajar kok,” sambungnya.
Dia menginformasikan saat ini ada 70an siswa yang menimba ilmu di sekolah yang memiliki guru berstatus PNS nya hanya ada dua orang itu. ‘’Terus terang saja, guru yang berstatus PNS di sekolah kami itu hanya ada dua orang, tujuh orang honorer. Jadi kami akui mutu pendidikan cenderung menurun karena guru yang berkompeten minim sekali,” kata Asep.
Menurut Asep, kondisi yang dialami mereka saat ini tidak lepas dari minimnya pengawasan baik itu dari Dinas Pendidikan Sarolangun maupun korwil pendidikan.
‘’Sudah tahunan saya bertugas disini, selama itu pula saya tidak pernah mengenal siapa pengawas sekolah kami ini. Saya putra daerah sini dan yang kami didik itu adalah anak ponakan kami juga, tentulah dalam hati kecil kami tidak ingin kejadian seperti itu terus berulang. Tapi yang disayangkan mereka (pihak dinas pendidikan) hanya bisa menekan kami para guru tanpa pernah mau turun ke sekolah guna mendengar apa aspirasi kami selama ini,” tutup Asep. (*)
Reporter : SiefronHadi
Redaktur
: TopanBohemian