Amin bersama Bupati Merangin dalam sebuah moment, beberapa waktu yang lalu. |
Fokusinfo.com | Merangin : Perlakuan intimidasi dan pelecehan profesi kembali terjadi kepada salah seorang jurnalis yang bertugas di Kabupaten Merangin.
Amin (25), wartawan media ternama di Jambi mengaku dipaksa untuk menghapus gambar oleh salah seorang oknum anggota lantas Polres Merangin, disaat meliput razia Sabtu ( 17/6), sekitar pukul 22.30 WIB di depan Mapolres Merangin.
Pelakuan tidak menyenangkan itu bermula saat Amin mengabadikan momen razia untuk pemberitaan hingga tiba tiba datang oknum anggota lantas meminta gambar yang di abadikan itu dihapus dengan sikap arogan dan kata kasar.
"Oi, ngapo kau foto-foto, kau hapus foto itu,”. beber Amin menirukan kata oknum anggota lantas yang memintanya menghapus foto yang diabadikannya Minggu (18/6).
Bagi Amin, perlakuan itu dianggapnya sebagai bentuk intimidasi. Pasalnya permintaan oknum tersebut dinilai melecehkan profesi jurnalis yang bergelut dengan pengumpulan data, momen dan fakta dalam penerbitan pemberitaan. Selain itu permintaan secara paksa itu juga dibarengi dengan perkataan yang keras dan kasar juga gestur oknum yang dinilai arogan.
‘’Kok ya tidak ada tanya dulu saya ini dari mana. Apa kepentingan saya ambil gambar. Langsung bentak-bentak,” kata Amin.
Menurut Amin lokasi razia juga di area publik sehingga baginya wajar saja mengambil gambar momen yang bagus untuk pemberitaan.
‘’Razia nya juga di depan Mapolres. Itu area umum. Bukan saya saja yang bisa ambil gambar, orang yang melintas pun pasti bisa ambil gambar. Razia itu juga bukan sesuatu yang dirahasiakan, tidak ada suatu unsur ancaman bagi negara. Jadi biasa saja lah, kecuali ada niat-niat tertentu didalam razia itu hingga saya diancam,” tuturnya.
Sementara, Kapolres Merangin AKBP Aman Guntoro (dikutip dari sejumlah media) saat dikonfirmasi mengatakan, razia tersebut dalam rangka Cipta Kondisi (Cipkon) di samping itu razia tersebut untuk menyisir tawanan lapas yang kabur.
"Ya razia Cipkon dan razia tawanan lapas kabur,"katanya.
Sedangkan adanya awak media yang di merasa diintimidasi, kata dia, hal tersebut sebenarnya hanya masalah miskomunikasi antara wartawan dan anggota.
"Mungkin anggota kita, yang bertugas juga tidak kenal wartawan itu, seharusnya wartawan harus minta izin sama komandan yang bertugas dulu, agar tidak ada kejadian seperti hal ini," tambahnya. (*)
Reporter : Topan Bohemian