Oleh : Gondo Irawan
fokusinfo.com | ESAI : Salah satu program unggulan Kabupaten Merangin yang digaungkan dalam masa pemerintahan Al Haris-Mashuri adalah bidang pariwisata. Maka sangat wajar bila di berbagai sudut Merangin ini, masyarakatnya gencar membangun objek wisata. Baik itu dengan cara memberdayakan alam maupun membangun objek wisata buatan.
Seperti sebuah jembatan yang saya temui di desa Lubuk Bumbun kecamatan Margo Tabir yang menghubungkan dua desa yaitu desa Lubuk Bumbun dan desa Tanjung Ilir kecamatan Tabir Induk. Dengan kondisi jembatan yang miring maka bisa saja jembatan itu dijadikan objek wisata alternatif , tepatnya sebagai wisata uji andrenalin karena bagi siapapun yang ingin menguji mentalnya bisa ditantang melintasi jembatan yang kemiringannya mendekati angka 45 derajat itu.
Narasi pada dua paragraf diatas tentu tidak diinginkan oleh mayoritas masyarakat desa Lubuk Bumbun dan Tanjung Ilir. Pasalnya jembatan tersebut merupakan akses gerakan perekonomian yang berkaitan erat dengan bidang perkebunan, pendidikan hingga kesehatan masyarakat desa.
Menurut tokoh masyarakat desa Tanjung ilir, Haji Ahmad. Pada umumnya masyarakat dua desa ini baik masyarakat desa Tanjung Ilir dan masyarakat desa lubuk Bumbun pada umumnya melewati jembatan itu. karena tidak sedikit juga warga desa Tanjung Ilir yang berkebun sawit maupun karet di desa lubuk Bumbun. Bahkan banyak juga siswa dari desa lubuk Bumbun yang melintasi jembatan itu. ‘’Bahkan sudah kerap terjadi kecelakaan, ada orang juga pernah sepeda motor jatuh ke sungai karena dasar jembatan berupa kayu banyak yang licin, apalagi pasca hujan,” kata Ahmad.
Ironisnya, meskipun kondisi miringnya jembatan telah tiga tahun mereka alami namun belum ada wacana dari pemerintah untuk membangun atau setidak-tidaknya merehab jembatan tersebut.
‘’Bila tidak ada perhatian dari pemerintah, saya khawatir pertumbuhan ekonomi kami di desa ini akan sulit berkembang. Kami disini banyak yang berprofesi sebagai petani, dan untuk membawa keluar hasil panen kami ya melalui jembatan ini,” tambahnya.
Perbincangan saya tidak berhenti di H Ahmad, saya juga berbincang dengan Saudara Amran dan Bapak Uyup. Dari ketiga orang itu saya mendapatkan informasi di jembatan itu memang kerap terjadi kecelakaan, namun memang belum ada korban nyawa. Tapi apa harus menunggu ? (*)
Redaktur : TopanBohemian